Jumat, 21 November 2014

kisah masyayih Q


GUS MIEK HIDUP DI 2 DUNIA


                Masyarakat kediri atau jawa timur pada umumnya pasti mengenal sosok gus miek. Paling tidak mereka perna mendengar nama tersebut. Ia adalah pemimpin dari DzikrulGhafilin(kelompok jamaah dzikir) dan pimpinan JantikoMantab(kelompok para penghafal al-qur;an). Gus Miek yang bernama lengkap Kiai Hamim Djazuli adalah putra Kiai DjazuliUtsman atau adik Kiai Zainuddin Djazuli, pengasuh Pesantren PlosoMojo Kediri saat ini. Makam Gus Miek terletak di Pemakaman Auliya’ Tambak Mojo Kediri. Di tempat tersebut juga dimakamkan Kiai Ahmad Shiddiq, Rais Am PBNU di era 1980-an.
            Masyarakat umum mengenal sosok Gus Miek sebagai seorang wali yang memiliki banyak kelebihan dan terkadang bertindak di luar kebiasaan (khariqul’adah). Doanya sangat ditunggu dan diamini masyarakat banyak. Tidak sedikit orang yang ingin sowankepad Gus Miek dengan membawa berbagai persoalan agar didoakan. Tujuannya pun berbeda-beda,misalnya agar rizqinya lancar, cepat mendapatkan jodoh, segera naik pangkat, mendapatkan keslamatan, dan lain-lain. Acara semaan(mendengarkan atau menyimak lantunan ayat suci al-Quranyang dibaca oleh para penghafal al-Quran) sangat ramai dihadiri para pengunjung. Mereka rela duduk dari pagi hingga malam, sekitar jam 20.00 WIB, untuk menunggu mauizhahhasanah dan do’a dari Gus Miek. Itulah aktivitas Gus Miekditengah masyarakat tradisional atau komunitas pesantren.
            Disisi lain Gus Miek juga hidup ditengah kehidupan gemerlap kota metropolis, Surabaya. Hampir tiap malam Gus Miek‘nongkrong’ didiskotik, nightclub, Coffee shop, dan tempat-tempat mangkal orang-orang tuna susila lain-nya. Gus Miek juga akrab dengan para penghuni tempat-tempat tersebut. Dan tak tanggung-tanggung, berbotol-botol bir hitam ditenggaknya tiap malam. Dan rokoknya adalah Wismilak Hitam yang ramuan-nya diakui berat .
            Menjelang pagi harinya, Gus Miek tidur dengan beralaskan kertas koran di rumah Pak Syafi’iAmpel Surabaya atau rumah Pak Hamid Kediri. Yang dimiliki pak hamid hanya kursi plastik jebol, dua buah gelas, dan satu buah teko logam. Itulah dunia Gus Miek yang tak banyak diketahui oleh orang.
            Meskipun Gus Miek terlihat Hidup di 2 dunia yang berbeda, dunia santri dengan kekhusyukan dan dzikir serta dunia malam dengan hiburannya yang glamor, apa yang disampaikan Gus Miek tidak jauh berbeda: memberi kesejukan kepada jiwa yang gersang, memberi harapan kepada mereka yang putus asa, menghibur mereka yang bersedih, menyantuni mereka yang lemah, dan mengajak semua pada kebaikan(meminjam kata-kata Gus Dur).
            Tak ada perbedaan bagi Gus Miek antara mendengar keluhan problematika yang dihadapi jama’ahnya, atau mendengar bisikan lirih wanita-wanita penghibur didunia malam. Gus Miek ingin memberikan secercah harapan dan mengajak kepada kebaikan,
 
            Gus Miek mampu masuk dunia(baca:berdakwah) ketempat-tempat di mana umat islam pada umumnya mencelanya. Lebih banyak orang mencelah kehidupan malam dengan segala ke-glamoran-nya sebagai sarang kemaksiatan dan dosa, tanpa ada usaha bagaimana menperbaikinya.Itu, barangkali, seperti kita melihat orang yang sakit menular, lalu menjauhi dan mengutuk orang yang sakit tersebut dengan alasan takut tertular, tanpa ada usaha bagaimana menyembuhkannya. Gus Miek mampu mengobatinya tanpa harus tertular. Itulah sosok Gus Miek dengan dua dunianya. Dunia pesantren yang sarat dengan kesederhanaan dan dunia malam yang penuh keglamoran.   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar